Eka Dystiant a.k.a Mikel Stephenson Kuching
Pemanah hura-hura jalur murni.
Awalnya saya tertarik dengan panahan itu kisaran 2 tahunan yang lalu ketika... tiba – tiba... ada bisikan hati... pengen coba... Namun yang saya ketahui mengenai panahan hanyalah organisasi yang bernama PERPANI. Mulai baca ulasan-ulasan di web tentang organisasi tersebut belum menjawab secara tuntas.
Pada waktu itu informasi peralatan pun saya tidak tahu apalagi kelas-kelas, spesifikasi dll. Totally blind. Berangkat dari hobby menembak, saya merasa pede mencoba terjun dengan beberapa asumsi sok tahu (yang kemudian terbukti tak ada yang bener... wkwkwk ).
Cara aman dalam kebingungan adalah mencari teman (yang sama sama bingung juga). Akhirnya saya dan kolega hobby menembak saya pak Zainal Sarifudin nekat menghubungi penjual alat-alat panahan. Namanya pak Heri Seno Aji (belakangan baru tahu beliau adalah teman pak Teguh M Arifin). Waktu fase awal-awal ini pak Satrio Wibowo (sang juara) masih sibuk dengan dunia hobi VAPE jadi belum tau soal panahan ini. Dengan modal ‘sok tahu’ kami mulai bertanya-tanya spesifikasi alat alat yang bisa kami dapatkan. Akhirnya kami putuskan mengambil perangkat panahan standard. Waktu itu riser dan limb optimo dengan kelengkapan vizor, arm guard, fingertab, dll. Pokoknya sudah macam atlit dunia maya.
Sesuai dengan stereotype pemula yang ingin langsung ‘mulia’ kami ambil limb dengan poundage 32#. Dengan asumsi lebih jauh, lebih power, dan lebih hebat. Oh Iya… Arrow langsung beli Easton Tribute 1616, made in usa (didn't last long… akibat deformasi… ketika pemakaian... wkwkkw).
Dengan pembelian alat-alat itu maka dimulailah archery di kehidupanku. Pelajaran pertama adalah memasang string, yang membuat cukup membuat baper. Bayangan-bayangan kemuliaan dalam memanah sirna sekejap. Ternyata susah broow… yg kejebret lah... jadi kejepit string lah… narik kagak sampe-sampe lah dll… Semua itu gw rasakan paiit… wkwkkw… O iya... Waktu ditawari stringer, gw nolak… karena merasa ‘mudah’ (soalnya pas ngeliat si Heri masang kok gampang pisan... wkwkwk).
Lalu fase-fase lanjutan dimulai, berbekal kepedean akan dunia senapan, kami memulai tembakan di lapangan Bola AURI tempat pak Zainal dengan jarak tembak awal dekat saja, 30 M (…wkkkkk…). O iya.. Pada saat pemanahan perdana ini kami mengundang observer dari dunia VAPE bapak Satrio Wibowo. Ternyata jauh panggang dari api. Dari jarak 30m sedikit demi sedikit kami turunkan sampe hanya 5 m saja, Itupun grupingnya setampah cuy... wkwkwkkwk… Suddenly fase kepahitan kedua dimulai (pdhl masang string aja blon lancar-lancar amat). Ternyata tak segampang di pilem pilem robinhuud.
Ada banyak kisah-kisah lucu yang terjadi namun kalau saya tulis akan jadi kitab-kitab berjilid. Intinya fase awal ini kami sikapi dengan penuh fun dan gelak tawa, menertawakan ‘kemuliaan’ masing – masing. O iya... Tentang pak Satrio Wibowo ini tadinya dia memang tidak begitu berminat. Namun ada kawan ahli panah spesialis miss juga namanya mbah J. Menantang pak Satrio memanah jarak 5 m. dan smua tembakan miss dengan bumbu tertawaan hina, akhirnya beliau memutuskan untuk membeli juga perangkat panahan. Jadi beliau ini awalnya bukan krena minat tapi masalah harga diri dan emosi krena nama yang jatuh dikalangan pemanah jarak dekat (macam emosi samurai kelana…).
Memang ketika kita memulai hobby ini dengan banyak teman, efek racun berantai gak akan berhenti. Mau bosan ada aja yang ngajak. Saya rasa ini yang membuat dunia panahan tak selesai selesai di kehidupan saya, walaupun levelannya adalah level sekedar lucu lucuan saja. Terhitung ada beberapa yg terjeblos juga, seperti mbah J (walaupun akhirnya dikalahkan sama Satrio Wibowo dan ngambek sampe sekarang), Mbah Ros (lgs borong recurve, compound, tradisional. Semua bermerek HOYT. FYI... Beliau ini tempat kami merasakan bow bow mahal…wkwkkwkw), dan beberapa lagi sebagai bintang tamu sebentar numpang lewat yang cukup banyak.
Sifat sifat stereotype tukang belanja sangat mewarnai kehidupan panahan kami, ada recurve beliii... ada kompon beliiii… ada trad recurve beli... Namun makenya ga ada yg bener alias cuman macam gaya gaya aja wkkkk… Tapi mungkin hampir majority penyuka hobby panahan amatir diawali dengan sikap sikap ‘alay’ seperti ini ye.. (...sampe skrg masih sebenernye... wkwkwk).
Jadi saya memulai hobby ini memang untuk fun dan mendapatkan new experience bersama teman teman. Melihat di web-web luar negeri, sepertinya memang olahraga panahan ini juga menjadi salah satu rekreasi komunitas dan keluarga, yang terlepas dari barrier-barier birokrasi dll. Nomor nomor seperti Field, barebow, 3d yang membuat saya menarik terhadap panahan, mengingat awal hobby saya memang model outdoor seperti ini walau menggunakan alat yag berbeda. Ada kisaran satu tahunan saya menggeluti panahan ini dalam posisi pasang surut, kadang main, kdang nggak, dan situasi mulai stagnan karena itu itu saja. (mau ikut PERPANI, sepertinya itu bukan usia saya lagi…wkwkwk..dan saya bukan atlit mencari prestasi, mendali dll), dan fase ini fase yang paling tak jelas karena cuman latihan-latihan sekenanya aja tanpa ada acuan.
Kemudian pak Satrio Wibowo yang bergabung denga Klub BEAT dibawah pimpinan coah Bahruddin memberikan cahaya racun baru. Beliau menginformasikan tentang INASP, dengan Indonesia Memanahnya dan program SKM. Wah boleh juga ni ada sertifikat-sertifikat, pemikiran saya. Supaya gaya dikit, bisa baper-baperin gerombolan, wkkk. Pokoknya niat ambil SKM waktu itu memang dasarnya hanya untuk gaya-gayaan aja .
Singkat cerita kami berdua ikut , saya diikutkan atas nama BEAT, bermodal nekat mengambil SKM dengan jarak 10 m. Tanpa disangka lulus cuy, wkwkwkwkw, pdhl gw waktu itu pure barebow tanpa dibidik alias pake feeling aja… Skornya lupa, kayaknya si minimalis… tapi yg pnting lulus…jiakkakkaka. O iya yang ikut pada waktu itu adalah Satrio Wibowo, Zainal Syarifuddin dan gw. Semua lulus ….kalau gak lulus, bisa pulang dengan kehinaan….wkwkwk. Tak lupa ketika proses live report ke grup WA, dengan bumbu bumbu heroism tentunya.
SKM merupakan milestone dari dunia panahan yang kami jalani. Ya… ini pertama kalinya kami mendapat sertifikat dan medali. Iklim/atsmosfir kompetisi yang pada awalnya kami sangka hanya monopoli kaum atlit dapat kami rasakan. Ada rasa yang berbeda yang tidak kami dapatkan pada latihan- latihan rutin asal-asalan yang sdh kami lakukan. Ada aspek target tujuan namun aspek fun yang juga tak hilang, walaupun deg degan, tapi bisa tetap tertawa tanpa beban. Apalagi dengan motto coach defrizal, yang mengarahkan bahwa kita (para peserta) ini adalah smua juara, sangat memotivasi sekali. Rasa happy ketika dapat mendali plastic warna hitam dengan tulisan angka 1, beserta sertifikat print-print an di tempat sangat menggembirakan dan mengharu biru. wkkk (mgkin ini juga yg dirasakan para juara beneran ye)..asli… Membuat kami semakin KETAGIHAN…
Seketika tanpa diduga pada acara SKM tersebut, diumumkan bahwa DSR akan mengadakan acara barebow romadlon competition, (2016) dengan mendali untuk 10 besar dan sertifikat. Jreeeeng…kala semangat lagi tinggi euphoria, yang ada dalam pikiran mendali kedua menunggu , sontak akal sehat lenyap wkwkwk. Tanpa pikir panjang kami nekat dan bertekad untuk mendaftar. Sekali lagi beneran nekat, krena pada saat itu tembakan kami cuman minimalis di 10 m, sedangkan kompetisi barebow mempertandingkan jarak 18 m… asiiik…. wkkkk...
Lewat BEAT, akhirnya saya dan Satrio Wibowo mendaftar dengan pengikut seorang horsebow archer kang Saepul Rohman. Dengan kenekatan yang tak terpikirkan… karena yang ikut itu sebenarnya harus sudah lulus TFT dulu… wkwkwkwk… ntah knapa kami bisa lolos….mgkin ini yg dinamakan qadarullah. Saya ketika itu melakukan hal blunder lagi, peralatan menggunakan marthin panther 50 lbs... wkwkwkwkwk… Terbayang waktu SKM 1 aja 32 lbs ngap ngapan (nilai maupun tenaga) ini pake 50 lbs pula jarak 18 m…. ajiiiib.
Namun yg terjadi di lapangan memang menggembirakan, skoring ternyata masuk urutan 7. Masuk babak aduan cuy….wkkwk…namun memang akhirnya harus terganjal di babak aduan pada 8 besar. Satrio masuk sampai final dia mendapat hadiah sang juara. Akhirnya kami mendapatkan mendali ke dua kami... horeeee...
Lanjut kami akhirnya terjebak ke dunia kompetisi, setiap ada nomor barebow selama itu di lokasi Jabodetabek bahkan Bandung kami usahakan ikut. Dan setiap kami berdua ikut, biasanya salah satu atau keduanya membawa pulang mendali... wkwkwkwkkwwk...
Itulah sekelumit kisah kami yang sedikit membuat inspirasi, yang mau tidak mau harus diakui ada faktor INASP disana.
Eka Dystiant a.k.a Mikel Stephenson Kuching
NB:
- Daftar isi blog ini bisa diliat di Site Map.
- Dengan berbelanja di toko papatembak, Anda telah berkontribusi terhadap keberlangsungan blog ini. Kalo dagangan saya laku, saya jadi punya banyak waktu buat nulis. Haha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar